Lintaside.com, TASIKMALAYA - Ada yang berbeda dari Kantor Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar), bangunan yang tidak terurus dan bocor dibeberapa bagian disulap menjadi peternakan magot.
Pemanfaatan gedung yang kondisinya terbengkalai bekas gedung Perpustakaan Pemda Tasikmalaya ini, sebagai komitmen Kepala Dinas Disporabudpar yang baru, mengawal kebijakan PJ Wali Kota Tasikmalaya untuk mengurangi sampah di Kota Tasikmalaya.
"Melihat gedung dibelakang kondisinya sudah emngkhawatirkan jika digunakan untuk kantor, karena belum ada rencana pembangunan maka kami manfaatkan untuk ternak magot, sekaligus mendukung kebijakan PJ Wali Kota," tegas Deddy Mulyana, Kepala Dinas Disporabudpar Kota Tasikmalaya.
Gedung bekas perpustakaan Pemda Tasikmalaya ini belum bisa dimanfaatkan karena kondisinya yang mengkhawatirkan, sementara belum ada anggaran untuk perbaikan dan DED nya juga belum ada.
Baca Juga: 2 Tahun 4 Bulan 7 Hari, Putusan PN Terkait Penundaan Pemilu. Dari Manakah Angka Tersebut?
Pemanfaatan gedung untuk ternak magot ini sesuai dengan kondisi sampah organik di Kota Tasikmalaya yang sangat tinggi, bahkan dari satu titik di pasar Cikurubuk saja dalam sehari bisa mencapai 70 truk sampah yang bulak balik membawa ke TPS Ciangir.
Lebih lanjut Kepala Dinas Dispoabudpar mengatakan, bahwa sampah organik bisa dihancurkan dengan 2 sistem. Yang pertama dibuat kompos, yang kedua dibuat pakan untuk Black Soldier Fly (lalat tentara hitam).
"Dan Kami memilih yang terakhir, disamping memiliki nilai ekonomis tinggi juga sudah banyak pelaku pengembangbiakan magot," tegas Deddy Mulyana.
Black Soldier Fly merupakan monster dari lalat sudah mulai dibudidayakan di komunitas khususnya di Kota Tasikmalaya, yang menjadi indukan untuk terbentuknya ulat magot.
Baca Juga: Kabur ke Luar Negeri, KPK Kantongi 2 Nama Konsultan Pajak Rafael Alun Trisambodo RAT
Namun jumlah pembubidayaan magot dengan memanfaatkan sampah organik masih kurang, terbukti masih banyak sampah organik yang belum termanfaatkan, maka pemanfaatan gedung menjadi ternak magot menjadi salah satu pilihanya.
Berawal dengan mewajibakan semua pegawai dilingkungan Disporabudpar membawa sampah organik dari rumahnya masih-masing, jumlah magot yang dikembangbiakan dengan cepat berkembang.
Dari awalnya hanya lima tong ulat magot sebagai kegiatan iseng, ternyata kini sudah mencapai 100 tong magot yang berhasil diproduksi.
"Karena jumlahnya semakin bertambah banyak, maka kami ambil sampah organik dari hotel dan restauran serta warung makan," ujar Kepala Dinas.